Powered By Blogger

Senin, 26 September 2011

Tomat Pencegah Parkinson


2.1  Manfaat Tomat Untuk Mencegah Parkinson
Tomat adalah sayuran yang oleh para ahli botani disebut sebagai Lycopersicum esculentum Mill, merupakan tanaman dari famili Solanaceae, yaitu berbunga seperti trompet.
           
Bentuk, warna, rasa, dan tekstur buah tomat sangat beragam. Ada yang bulat, bulat pipih, keriting, atau seperti bola lampu. Warna buah masak bervariasi dari kuning, oranye, sampai merah, tergantung dari jenis pigmen yang dominan. Rasanya pun bervariasi, dari masam hingga manis. Buahnya tersusun dalam tandan-tandan. Keseluruhan buahnya berdaging dan mengandung banyak air
Tomat mengandung sejuta kandungan yang bermanfaat untuk metabolisme dalam tubuh. Kandungan tomat yang berguna bagi tubuh khususnya dalam memulihkan tenaga adalah vitamin C, dan likopen. Ini dibuktikan dengan pemberian jus tomat pada para petinju. Jus tomat dapat memulihkan tenaga dan konsentrasi sehingga para petinju dapat bertanding dengan kondisi tubuh yang lebih fit dibandingkan dengan petinju yang hanya diberikan air putih saja. Kandungan tomat tersebut bekerja pada otak khususnya untuk meningkatkan konsentrasi dan meningkatkan tenaga. Rasa manis pada tomat adalah kandungan glukosa yang membantu metabolisme dalam pemenuhan energy karena pada pertandingan tinju memerlukan energy yang sangat tinggi.
Hubungannnya dengan penyakit Parkinson adalah untuk mencegah penyakit mematikan ini sejak dini. Salah satu penyebab datangnya penyakit Parkinson adalah karena metabolise yang tinggi akibat olahraga berat seperti tinju yang menyebabkan kinerja otak menjadi lebih tinggi. Jika dipacu secara terus menerus dan asupan makanan tidak adekuat maka akan menyebabkan kerusakan sel-sel otak yang salah satunya dapat menyebabkan penyakit Parkinson.

2.2  Kasiat Buah Tomat
Diakui oleh dokter gizi, Dr. Leane Suniar Manurung, MSc. Melihat khasiat tomat begitu banyak, maka tomat baik dikonsumsi siapapun sejak usia dini. “Apalagi tomat juga tinggi kandungan vitamin C dan vitamin A, yang bermanfaat untuk meningkatkan kekebalan tubuh.” Tapi tomat seperti apa yang baik dikonsumsi? Jika melihat dipasaran, kita bisa menemukan tomat dengan dua warna, yakni warna merah dan hijau. Perbedaan warna ini menunjukan kandungan vitaminnya. Menurut Leane, tomat yang baik dikonsumsi adalah tomat merah. Tomat berwarna merah mengandung vitamin C dan vitamin A lima kali lebih banyak dibandingkan dengan tomat hijau. Semakin matang tomat, semakin kaya kandungan vitaminnya. “Karena itu anak kecil sebaiknya dibiasakan banyak makan tomat merah. Jadi, tak pelu ragu memberi si kecil tomat. Sejak usia 6 bulan, seorang anak mulai dibiasakan memakan tomat yang dicampur dengan sayuran lainnya.

Menghancurkan Radikal Bebas
Dalam pigmen warna merah pada tomat, mempunyai nilai lebih lainnya. Warna merah pada tomat lebih banyak mengandung lycopene, yaitu suatu zat antioksidan yang dapat menghancurkan radikal bebas dalam tubuh akibat rokok, polusi dan sinar ultraviolet. Selain itu, belakangan diketahui lycopene juga berkhasiat membantu mencegah kerusakan sel yang dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit termasuk parkinson. “Memang lycopene tidak hanya ditemukan pada tomat, tetapi juga pada anggur merah, semangka dan pepaya. Namun, lycopene yang paling banyak terdapat pada tomat.”

Untuk mendapat khasiatnya, terutama untuk orang dewasa, tomat sebaiknya dimakan setiap pagi sebanyak satu atau dua buah. Rasa asam pada tomat berasal dari kandungan asam sitrat menyebabkan tomat terasa segar, sehingga dapat menambah nafsu makan. Pada tomat mengandung glukosa yang baik untuk metabolisme dalam tubuh khususnya dalam pembentukan ATP.

2.3  Cara Memilih Tomat Yang Baik

Pilih tomat yang matang berwarna merah tua. Pilih tomat yang masih keras dan tidak ada bagian yang lunak. Jika ada bagian yang lunak, berarti ada bagian yang sudah mulai membusuk di dalamnya.  Jangan pilih tomat yang kusam, pilih yang warnanya masih mengkilap. Perhatikan pada pangkal tomat, jika berbau agak asam dan sudah mulai berair, berarti sudah mulai terjadi pembusukan. Pilih tomat yang kulitnya masih segar dan belum keriput, untuk menandakan bahwa tomat tersebut masih baru.
           
Berbeda dengan sayuran lainnya yang lebih bermanfaat jika dimakan mentah-mentah, ternyata tomat lebih baik dicampur dengan masakan atau dihancurkan sebelum dimakan. Para peneliti menemukan lycopene yang dikeluarkan pada tomat tersebut lebih banyak dibandingkan dengan tomat yang langsung dimakan tanpa diolah terlebih dahulu.

Sabtu, 17 September 2011

ASKEP EPILEPSI


KONSEP DASAR PENYAKIT
2.1              Pengertian
Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang berulang akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersifat reversibel (Tarwoto, 2007)
Epilepsy adalah kejang rekunen non-metabolik yang disebabkan oleh suatu proses kronik yang mendasarinya.
Epilepsy adalah gejala kompleks dari banyak gangguan fungsi otak berat yang dikarakteritiskan oleh kejang berulang. Keadaan ini dapat dihubungkan dengan kehilangan kesadaran, gerakan berlebihan atau hilangnya tonus otot atau gerakan dan gangguan perilaku, alam perasaan, sensasi, dn persepsi. Sehingga epilepsy bukan penyakit melainkan suatu gejala.
Masalah dasarnya diperkirakan dari gangguan listrik(disritmia)pada sel saraf pada salah satu bagian otak, yang menyebabkan sel ini mengeluarkan muatan listrik abnormal, berulang, dan tidak terkontrol. Karakteristik kejang epileptic adalah suatu manifestasi muatan neutron berlebihan ini

2.2              Epidemiologi
Kira-kira 1% populasi(lebih dari 2 juta orang) di Amerika Serikat mengalami epilepsy, dengan 100.000 kasus baru terdiagnosis setiap tahun. Telah ada peningkatan insiden gangguan ini, kemungkinan karena sejumlah faktor. Diperkirakan bahwa 10% orang akan mengalami kejang selama hidup mereka dan sekitar 0.3% sampai 0.5% akan di diagnosis mengidap epilepsy9di dasarkan pada criteria dua atau lebih kejang spontan/ tanpa pemicu). Laporan-laporan spesifik  jenis kelamin mengisyaratkan angka yang sedikit lebih besar pada laki-laki dibandingkan perempuan.insidensi berdasarkan usia memperlibatkan pola konsisten berupa angka paling tinggi pada tahun pertama kehidupan, penurunan pesat menuju usia remaja, dan pendataran secara bertahap selama usia pertengahan untuk kembali memuncak pada usia setelah 60 tahun.  Perbaikan perawatan obstetric dan neonatal menyelamatkan bayi yang mengalami gawat nafas, sirkulasi dan kegawatan lain selama persalinan; bayi ini dapat dipredisposisikan sebagai kejang intermiten. Perbaikan penatalaksanaan medis, bedah, dan keperawatan terhadap pasien dengan cedera kepala, tumor otak, meningitis dan ensefalitis menyelamatkan pasien dengan kondisi ini dapat menimbulkan perubahan serebral dengan kejang resultan. Demikian juga elektroensefalografi(EEG) dapat membantu dalam mengidentifikasi pasien dengan epilepsy. Pendidikan telah member informasi pada masyarakat dan telah mengurangi stigma yang berhubungan dengan kondisi ini, sehingga makin banyak orang akan mengakui bahwa mereka mengalami epilepsy.

2.3              Etiologi
Penyebab kejang pada banyak yang tidak diketahui. para ahli peneliti menimbulkan kejang dalam percobaan binatang melalui cedera pembedahan atau kimia atau stimulus elektrik. Epilepsy sering terjadi akibat trauma lahir, asphyxia neonatorum, cedera kepala, beberapa penyakit infeksi(bakteri, virus, parasit), keracunan(karbon monooksida dan menimbulkan keracunan), masalah-masalah sirkulasi, demam, gangguan metabolism dan nutrisi/gizi dan intoksikasi obat-obatan atau alcohol.juga dapat dihubungkan dengan adanya tumor otak, abses, dan kelainan bentuk bawaan. Dalam banyak kasus epilepsy tidak diketahui penyebabnya(idiopatik). Keadaan yang menyebabkan kelemahan untuk beberapa tipe dapat diwariskan. Epilepsy yang menyerang sebelum usia 20tahun merupakan kelompok terbesar yaitu 75% dari pasien tersebut.
Pada banyak kasus epilepsy sedikit mempengaruhi intelegensi. Individu epilepsy yang tidak mengalami kerusakan otak atau sistem saraf lainnya mempunyai tingkat intelegensi seperti populasi lainnya. Epilepsy tidak sama dengan retardasi atau penyakit mental. Kadang-kadang, beberapa orang yang mengalami epilepsy sebenarnya mereka mengalami penurunan karena kerusakan neurologik yang serius, sehingga rata-rata IQ untuk semua penderita epilepsy ini dibawah tingkat IQ normal.

2.4              Faktor Predisposisi
Faktor pencetus terjadinya epilepsy adalah terjadinya gangguan listrik(disritmia) pada sel saraf pada salah satu bagian otak yang menyebabkan sel ini mengeluarkan aliran listrik yang abnormal berulang dan tidak terkontrol sehingga mengakibatkan kejang, gangguan fungsi motorik, sensorik, atau autonom sampai penurunan kesadaran bergantung pada lokasi neuron-neuron fokus kejang ini.

2.5              Pathofisiologi
Otak merupakan pusat penerima pesan (impuls sensorik) dan sekaligus merupakan pusat pengirim pesan (impuls motorik). Otak ialah rangkaian berjuta-juta neuron. Pada hakekatnya tugas neuron ialah menyalurkan dan mengolah aktivitas listrik saraf yang berhubungan satu dengan yang lain melalui sinaps. Dalam sinaps terdapat zat yang dinamakan neurotransmiter. Acetylcholine dan norepinerprine ialah neurotransmiter eksitatif, sedangkan zat lain yakni GABA (gama-amino-butiric-acid) bersifat inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik saraf dalam sinaps. Bangkitan epilepsi dicetuskan oleh suatu sumber gaya listrik saran di otak yang dinamakan fokus epileptogen. Dari fokus ini aktivitas listrik akan menyebar melalui sinaps dan dendrit ke neuron-neuron di sekitarnya dan demikian seterusnya sehingga seluruh belahan hemisfer otak dapat mengalami muatan listrik berlebih (depolarisasi). Pada keadaan demikian akan terlihat kejang yang mula-mula setempat selanjutnya akan menyebar kebagian tubuh/anggota gerak yang lain pada satu sisi tanpa disertai hilangnya kesadaran. Dari belahan hemisfer yang mengalami depolarisasi, aktivitas listrik dapat merangsang substansia retikularis dan inti pada talamus yang selanjutnya akan menyebarkan impuls-impuls ke belahan otak yang lain dan dengan demikian akan terlihat manifestasi kejang umum yang disertai penurunan kesadaran.
2.6              Klasifikasi
Variasi kejang diklasifikasikan secara internasional  sesuai daerah otak yang terkena dan telah diidentifikasi sebagai kejang parsial, umum, dan tidak diklasifikasikan.
1.      Kejang parsial(kejang yang dimulai setempat)
a)      Kejang parsial sederhana(gejal-gejala dasar, umumnya tanpa gangguan kesadaran)
-        Kejang parsial sederhana, hanya satu jari atau tangan yang bergetar, atau mulut dapat tersentak tak terkontrol. Individu ini bicara yang tidak dapat dipahami, pusing, dan mengalami sinar, bunyi, bau, atau rasa yang tidak umum atau todak nyaman.
b)      Kejang parsial kompleks(dengan gejala kompleks, umumnya dengan gangguan kesadaran)
-        Kejang parsial komplek, individu tetap tidak bergerak atau bergerak secara automatic  tetapi tidak tepat  dengan waktu dan tempat, atau mengalami emosi  berlebihan yaitu takut, marah, kegirangan, atau peka rangsang. Apapun manifestasinya, individu tidak ingat episode tersebut ketika telah lewat.  

2.      Kejang umum(simetrik bilateral, tanpa awitan lokal)
Lebih umum disebut grand mal, melibatkan kedua hemisfer otak, yang menyebabkan kedua sisi tubuh bereaksi. Mungkin  ada kekakuan intens pada seluruh tubuh yang diikuti dengan kejang yang bergantian dengan relaksasi dan kontraksi otot(kontraksi tonik-klonik umum). Kontraksi simultan diafragma dan otot dada dapat menimbulkan menangis epileptic karakteristik. Sering lidah tertekan dan pasien mengalami inkontinen urine dan feses. Setelah 1 atau 2 menit, gerakan knvulsif mulai hilang; pasien rileks dan mengalami koma dalam, bunyi nafas bising. Pada keadaan postikal(setelah kejang), pasien sering konfusi dan sulit bangun, dan tidur selama berjam-jam. Banyak pasien mengeluh sakit kepala atau sakit otot.

2.7              Gejala Klinis
Bergantung pada lokasi muatan neutron-neutron, kejang dapat direntang dari serangan awal sederhana sampai gerakan konvulsif memanjang dengan  hilangnya kesadaran .
Gejala klinis dari epilepsy adalah sebagai berikut, yaitu:
1.      Manifestasi klinik dapat berupa kejang-kejang, gangguan kesadaran atau gangguan penginderaan
2.      Kelainan gambaran EEG
3.      Tergantung lokasi dan sifat Fokus Epileptogen
4.      Pola wal kejang menunjukkan daerah otak di mana kejang tersebut berasal. Juga penting intik menunjukkan jika pasien mengalami aura, suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptic, yang dapat menunjukkan asal kejang(misal: melihat kilatan  sinar dapat menunjukkan kejang berasal dari lobus oksipital).

2.8              Pemeriksaan Diagnostik
Pengkajian diagnostik bertujuan dalam menentukan tipe kejang, frekuensi dan beratnya, faktor-faktor pencetus. Riwayat perkembangan, yang mencakup kejadian kehamilan  dan kelahiran, untuk mencari kejadian cedera sebelum kejang. Sebuah penelitian dibuat untuk penyakit atau cedera kepala yang dapat  mempengaruhi otak. Selain itu dilakukan pengkajian fisik dan neurologik, hematologik, dan pemeriksaan serologik. Pencitraan CT digunakan untuk mendeteksi lesi pada otak, fokal abnormal, serebro vaskular abnormal, dan peubahan degenerative serebral.
Elektroensefalogram(EEG) melengkapi bukti diagnostik dalam proporsi substansial dari pasien epilepsy dan membantu dalam mengklasifikasikan  tipe kejang.keadaan abnormal pada EEG selalu terus-menerus terlihat di antara kejang, atau jika letupan muncul mungkin akibat dari hiperventilasi atau selama tidur. Ditambah lagi, mikroelektroda dapat dimasukkan ke dalam otak untuk memeriksa aksi dari sel otak tunggal. Ini perlu dicatat, kadang-kadang beberapa orang mengalami kejang dengan nilai EEG yang normal. Telemetri dan alat komputer digunakan untuk mengambil dan sebagai pusat pembacaan EEG dalam pita komputer sambil pasien melakukan akiivitas mereka. Rekaman video kejang dilakukan dengan secara simultan dengan telemetri EEG bermanfaat dalam menentukan tipe kejang serta durasi dan besarnya. Tipe pemantauan intensif ini sedang  mengubah tindakan terhadap epilepsy berat(di Amerika Serikat)

2.9              Prognosis
Prognosis dari epilepsy tersebut adalah sesuai dengan karakteritis kejang yang dialami dan penanganan yang tepat saat terjadi kejang. Kejang bisa diantisipasi dengan pemberian anti konvulsan sehingga prognosis untuk penyembuhan epilepsy juga meningkat.

2.10          Therapy
Terapi yang diberikan pada pasien kejang adlah obat-obatan anti konvulsan untuk mencegah timbulnya kejang atau mengurangi frekuensi sehingga pasien dapat hidup normal. Sekitar 70% sampai 80% pasien memperoleh manfaat dari pemberian obat anti kejang. Obat yang dipilih ditentukan oleh jenis kejang da profil efek samping. Dosis disesuaikan secara individual. 

Jenis obat yang sering digunakan
1.      Phenobarbital (luminal).
-        Paling sering dipergunakan, murah harganya, toksisitas rendah.
2.      Primidone (mysolin)
-        Di hepar primidone di ubah menjadi phenobarbital dan phenyletylmalonamid.
3.      Difenilhidantoin (DPH, dilantin, phenytoin).
-        Dari kelompok senyawa hidantoin yang paling banyak dipakai ialah DPH. Berhasiat terhadap epilepsi grand mal, fokal dan lobus temporalis.
-        Tak berhasiat terhadap petit mal.
-        Efek samping yang dijumpai ialah nistagmus,ataxia, hiperlasi gingiva dan gangguan darah.
4.      Carbamazine (tegretol).
-        Mempunyai khasiat psikotropik yangmungkin disebabkan pengontrolan bangkitan epilepsi itusendiri atau mungkin juga carbamazine memang mempunyaiefek psikotropik.
-        Sifat ini menguntungkan penderita epilepsi lobus temporalis yang sering disertai gangguan tingkahlaku.
-        Efek samping yang mungkin terlihat ialah nistagmus, vertigo, disartri, ataxia, depresi sumsum tulang dan gangguanfungsi hati.
5.      Diazepam.
-        Biasanya dipergunakan pada kejang yang sedang berlangsung (status konvulsi.).
-        Pemberian i.m. hasilnya kurang memuaskan karena penyerapannya lambat. Sebaiknya diberikan i.v. atau intra rektal.
6.      Nitrazepam (Inogadon).
-        Terutama dipakai untuk spasme infantil dan bangkitan mioklonus.
7.      Ethosuximide (zarontine).
-        Merupakan obat pilihan pertama untuk epilepsi petit mal
8.      Na-valproat (dopakene)
-        Obat pilihan kedua pada petit mal
-        Pada epilepsi grand mal pun dapat dipakai.
-        Obat ini dapat meninggikan kadar GABA di dalam otak.
-        Efek samping mual, muntah, anorexia
9.      Acetazolamide (diamox).
-        Kadang-kadang dipakai sebagai obat tambahan dalam pengobatan epilepsi.
-        Zat ini menghambat enzim carbonic-anhidrase sehingga pH otak menurun, influks Na berkurang akibatnya membran sel dalam keadaan hiperpolarisasi.
10.  ACTH
-        Seringkali memberikan perbaikan yang dramatis pada spasme infantil.

2.11          Penatalaksanaan
Penatalaksanaan epilepsy dilakukan secara individual untuk memenuhi kebutuhan khusus masing-masing pasien dan tidak hanya untuk mengatasi tetapi juga mencegah kejang. Penatalaksanaan berbeda dari satu pasien dengan pasien  karena beberapa  bentuk epilepsy  yang muncul akibat kerusakan otak selain itu bergantung pada perubahan kimia otak.
Farmakoterapi, beberapa obat antikonvulsi diberikan untuk mengontrol kejang, walaupun mekanisme kerja zat kimia dari obat-obatan tersebut masih tidak diketahui. Tujuan dari pengobatan adalah untuk mencapai pengontrolan kejang dengan efek samping minimal. Terapi medikasi lebih untuk mengontrol daripada untuk mengobati kejang. Obat disleksi sesuai tipe kejang yang akan diobati dan keefektifan serta keamanan medikasi. Jika obat ditentukan dan digunakan, maka obat-obatan ini mengontrol kejang 50% sampai 60% pasien mengalami kejang berulang, dan memberikan kontrol parsial 15% sampai 35%. Kondisi dari 155 sampai 35% pasien tidak membaik dengan  medikasi yang ada.
Tujuan penatalaksanaan secara keperawatan adalah menghentikan kejang secepat mungkin, untuk menjamin oksigenasi serebral adekuat, dan untuk mempertahankan pasien bebas kejang, jalan nafas dan oksigenasi adekuat perlu diupayakan. Jika pasien tetap dalam ketidaksadaran yang dalam, maka perlu dipasang selang endotrakea. Diazepam diberikan dengan lambat melalui intravena dalam usaha untuk menghentikan kejang dengan cepat.

2.12          Komplikasi
-        Kerusakan otak akibat hypoksia dan retardasi mental dapat timbul akibat kejang berulang.
-        Dapat timbul depresi dan keadaan cemas.

askep GGK


GAGAL GINJAL KRONIS

I.        DEFINISI
ð   Merupakan penyakit ginjal tahap akhir
ð   Progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia
( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1448)

II.     ETIOLOGI
ð   Diabetus mellitus
ð   Glumerulonefritis kronis
ð   Pielonefritis
ð   Hipertensi tak terkontrol
ð   Obstruksi saluran kemih
ð   Penyakit ginjal polikistik
ð   Gangguan vaskuler
ð   Lesi herediter
ð   Agen toksik (timah, kadmium, dan merkuri)
( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1448)

III.  PATOFISIOLOGI
ð   Penurunan GFR
Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Akibt dari penurunan GFR, maka klirens kretinin akan menurun, kreatinin akn meningkat, dan nitrogen urea darh (BUN) juga akan meningkat.
ð   Gangguan klirens renal
Banyak maslah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah glumeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens (substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal)
ð   Retensi cairan dan natrium
Ginjal kehilangan kemampuan untuk mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal. Terjadi penahanan cairan dan natrium; meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif dan hipertensi.
ð   Anemia
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adequate, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk terjadi perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran GI.
ð   Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat
Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan yang saling timbal balik, jika salah satunya meningkat, yang lain akan turun. Dengan menurunnya GFR, maka terjadi peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar kalsium. Penurunan kadar kalsium ini akan memicu sekresi paratormon, namun dalam kondisi gagal ginjal, tubuh tidak berespon terhadap peningkatan sekresi parathormon, akibatnya kalsium di tulang menurun menyebabkab perubahan pada tulang dan penyakit tulang.
ð   Penyakit tulang uremik(osteodistrofi)
Terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat, dan keseimbangan parathormon.
( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1448)

IV.  MANIFESTASI KLINIK
ð   Kardiovaskuler
-          Hipertensi
-          Pitting edema
-          Edema periorbital
-          Pembesaran vena leher
-          Friction rub perikardial
ð   Pulmoner
-          KrekelS
-          Nafas dangkal
-          Kusmaul
-          Sputum kental dan liat
ð   Gastrointestinal
-                 Anoreksia, mual dan muntah
-                 Perdarahan saluran GI
-                 Ulserasi dan perdarahan pada mulut
-                 Konstipasi / diare
-                 Nafas berbau amonia
ð   Muskuloskeletal
-                 Kram otot
-                 Kehilangan kekuatan otot
-                 Fraktur tulang
-                 Foot drop
ð   Integumen
-                 Warna kulit abu-abu mengkilat
-                 Kulit kering, bersisik
-                 Pruritus
-          Ekimosis
-          Kuku tipis dan rapuh
-          Rambut tipis dan kasar
ð  Reproduksi
-          Amenore
-          Atrofi testis
( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1450)


V.     PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK]
a.       URIN
-          Volume: biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tak ada (anuria)
-          Warna: secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkanoleh pus, bakteri, lemak, fosfat atau uratsedimen kotor, kecoklatan menunjukkkan adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin
-          Berat jenis: kurang dari 1,010 menunjukkn kerusakan ginjal berat
-          Osmoalitas: kuran gdari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakn ginjal tubular dan rasio urin/serum sering 1:1
-          Klirens kreatinin: mungkin agak menurun
-          Natrium:lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi natrium
-          Protein: Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkkan kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada
b.      DARAH
-          BUN/ kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir
-          Ht : menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/dl
-          SDM: menurun, defisiensi eritropoitin
-          GDA:asidosis metabolik, ph  kurang dari 7,2
-                                                                                       Natrium serum : rendah
-                                                                                       Kalium: meningkat
-                                                                                       Magnesium;
-                                                                                       Meningkat
-                                                                                       Kalsium ; menurun
-                                                                                       Protein (albumin) : menurun
c. Osmolalitas serum: lebih dari 285 mOsm/kg
d. Pelogram retrograd: abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
e. Ultrasono ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya masa , kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas
f. Endoskopi ginjal, nefroskopi: untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif
g. Arteriogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular, masa
h. EKG: ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa
(Doenges, E Marilynn, 2000, hal 628- 629)

VI. PENATALAKSANAAN
1.       Dialisis
2.       Obat-obatan: anti hipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen kalsium, furosemid
3.       Diit rendah uremi
( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1449)

VII.     KOMPLIKASI
1.             Hiperkalemia
2.             Perikarditis, efusi perikardialdan tamponade jantung
3.             Hipertensi
4.             Anemia
5.             Penyakit tulang
( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1449)

VIII.  FOKUS PENGKAJIAN
1.       Aktifitas /istirahat
Gejala:
-          kelelahan ekstrem, kelemahan malaise
-          Gangguan tidur (insomnis/gelisah atau somnolen)
                   Tanda:
-       Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak


2. Sirkulasi
Gejala:
-       Riwayat hipertensi lama atau berat
-       Palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda:
-          Hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada kaki, telapak tangan
-          Disritmia jantung
-          Nadi lemahhalus, hipotensi ortostatik
-                                                                                Friction rub perikardial
-                                                                                Pucat pada kulit
-                                                                                Kecenderungan perdarahan

3.             Integritas ego
Gejala:
-          Faktor stress contoh finansial, hubungan dengan orang lain
-          Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekakuan
Tanda:
- Menolak, ansietas, takut, marah , mudah terangsang, perubahan kepribadian

4.             Eliminasi
Gejala:
-          Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria ( gagal tahap lanjut)
-          Abdomen kembung, diare, atau konstipasi
Tanda:
-          Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah, coklat,   berawan
-        Oliguria, dapat menjadi anuria


5.  Makanan/cairan
Gejala:
-    Peningkatan BB cepat (edema), penurunan BB (malnutrisi)
-    Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut ( pernafasan amonia)
Tanda:
-    Distensi abdomen/ansietas, pembesaran hati (tahap akhir)
-    Perubahan turgor kuit/kelembaban
-    Edema (umum,tergantung)
-    Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah