Powered By Blogger

Jumat, 16 September 2011

ASKEP TUMOR PARU


A.    KONSEP DASAR PENYAKIT
2.1              Pengertian
Tumor paru dapat saja maligna atau benigna. Tumor dada maligna dapat primer, yang timbul di dalam paru atau mediastinum, atau dapat merupakan metastasis dari tumor primer dimanapun di dalam tubuh. Tumor paru metastatik terjadi karena aliran darah membawa sel kanker yang bebas dari kanker primer di dalam tubuh ke paru. Tumor tumbuh di dalam dan di antara alveoliu dan bronchi, mendorong alveoli dan bronchi sejalan dengan pertumbuhan mereka. Proses ini dapat terjadi selama waktu yang lama, menyebabkan beberapa gejala atau tidak sama sekali. Banyak tumor dada timbul dari epitelium bronkial. Adenoma bronkial adalah tumor yang tumbuh lambat, biasanya benigna tetapi mereka dapat sanagt vaskular dan menimbulkan gejala perdarahan dan obstruksi bronkial. Karsinoma bronkogenik adalah tumor maligna yang timbul dari bronkus.tumor seperti ini adalah epidermoid, terletak dalam bronchi yang besar yang timbul jauh di luar paru(Brunner & Suddarth:2001).
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mecakup keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer) dan metastasis tumor di paru. Metastasis tumor di paru adalah tumor yang tumbuh sebagai akibat penyebaran (metastasis) dari tumor primer organ lain. Definisi khusus untuk kanker paru primer yakni tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus. Meskipun jarang, dapat ditemukan kanker paru primer yang bukan berasal dari epitel bronkus misalnya bronchial gland tumor.
Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru (Price, Patofisiologi, 1995). Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang  mengalami proliferasi dalam paru (Underwood, Patologi, 2000).

2.2              Epidemiologi
Kanker pembunuh terbesar adalah tumor/kanker paru-paru, membunuh hampir 90% penderitanya atau hampir 30% dari seluruh kematian akibat kanker. Jumlah penderita kanker paru adalah 170.000 orang dengan jumlah kematian 149.000 orang. Persen kematian orang dengan kanker paru – paru dari seluruh kanker mencapai 28%. Insiden tertinggi terjadi pada usia antara 55-65 tahun.

2.3              Etiologi
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden kanker paru :
a.      Rokok tembakau, yaitu kandungan ‘tar’, suatu persenyawaan hidrokarbon aromatic polisiklik (risiko meningkat 60-70 kali lipat untuk seseorang yang merokok dua pak sehari selama 20 tahun dibandingkan individu bukan perokok). Dalam hal ini, seseorang yang mulai merokok pada usia yang lebih muda akan lebih berisiko untuk menderita kanker paru-paru. Faktor lain yang berhubungan adalah jenis rokok yang diisap (kandungan tar dan filter vs nonfilter)
b.      Polusi udara, banyak sekali polusi udara yang dapat menyebabkan kanker paru-paru, diantaranya sulphur, emisi kendaraan bermotor, dan polutan yang berasal dari pabrik. Data menunjukkan bahwa insiden kanker paru-paru lebih banyak pada daerah urban sebagai hasil dari peningkatan polutan dan asap kendaraan bermotor.
c.       Asap pabrik/industri/tambang.
d.      Debu radioaktif/ledakan nuklir (radon), beberapa zat kimia antara lain asbes, arsen, krom, nikel, besi, dan uranium.
e.       Iradiasi, Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.
f.       Vitamin A, penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara diet rendah vitamin A dengan timbulnya kanker paru-paru. Kemungkinan hal ini terjadi karena vitamin A berhubungan dengan regulasi dari diferensiasi sel.
g.      Genetika, pada sel kanker paru-paru didapatkan sejumlah lesi genetic termasuk aktivasi onkogen dominant dan resesif (inaktivasi supresor tumor)


2.4              Faktor Predisposisi
1.      Perokok aktif
2.      Wanita lebih suseptible terhadap carsinogen tobacco.
3.      Perokok pasif
4.      Pekerja radioaktif
5.      Asbestos worker
6.      Pekerja yang terpapar debu yang mengandung : arsen, chromium, uranium, nikel, vinyl clorida, dan gas mustard.

2.5              Pathofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat  berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.

2.6              Gejala Klinis
1.      Batuk
2.      Dahak berdarah
3.      Sesak nafas
4.      Bronchitis/radang paru berulang
5.      Kelelahan
6.      Kehilangan nafsu makan dan disertai penurunan berat badan
7.      Suara parau/serak
8.      Pembengkakan di wajah dan leher
9.      Nyeri dada
10.  Demam hilang-timbul
11.  Sulit menelan

2.7              Klasifikasi
1.      Karsinoma sel skuamosa (epidermoid) merupakan tipe histologik karsinoma bronkogenik yang paling sering ditemukan, berasal dari permukaan epitel bronkus.
2.      Adenokarsinoma. Memperlihatkan susunan karsinoma seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mucus.
3.      Karsinoma sel bronchial alveolar merupakan sub tipe adenokarsinoma yang jarang ditemukan dan berasal dari epitel alveolus/bronkiolus terminalis.
4.      Karsinoma sel besar: sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam.
5.      Karsinoma sel kecil: seperti tipe sel skuamosa, biasanya terletak di tengah disekitar percabangan utama bronki.

2.8              Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
-        Pola, frekuensi, kedalaman,jenis nafas, durasi inspirasi ekspirasi.
-        Kesimetrisan dada,
-        Retraksi otot-otot dada,
-        penggunaan otot-otot bantu pernafasan
-        Penggunaan otot bantu napas, yang terlihat dengan mengangkat bahu, menunjukan peningkatan kerja pernapasan.
-        Kaji postur tubuh,
-        Pasien dengan penyakit paru obstruktif sering duduk dan menyangga diri dengan tangan atau menyangga dengan siku di meja sebagai upaya untuk tetap mengangkat klavikula sehingga memperluas kernampuan ekspansi dada.
-        Sianosis (kebiruan)
-        Pada pasien dengan kanker paru – paru biasanya terjadi sianosis akibat dari gangguan pola nafas yang menyebabkan terjadinya hipoksia
-        bentuk kuku
-        pada pasien dengan kanker paru – paru biasanya memiliki kuku berbentuk tabuh
-        kaji adanya edema
-        Biasanya terjadi edema pada muka, leher,dan lengan
-        kulit pucat
-        terjadi akibat kesulitan bernafas
-        frekuensi batuk
-        batuk biasanya terus-menerus
-        karakteristik sputum

Palpasi
-        Nyeri pada dada
-        Ketika pemeriksa menekan bagian dada, pasien akan merasa nyeri
-        Taktil fremitus
-        Pada pasien normal vibrasi taktil fremitus ada. Ini dapat menurun atau tidak ada bila terdapat sesuatu dintara tangan pemeriksa dan paru pasien serta dinding dada. Sebagai contoh, bila ada efusi pleural, penebalan pleural atau pnemotorak akan menyebabkan pemeriksa tidak mungkin merasakan vibrasi ini atau vibrasi menurun.
-        Denyut nadi,frekuensi,irama dan kekuatan
-        Capillary refill

Perkusi
-        Mengetuk dada memastikan adanya pembesaran organ paru
-        Ada penumpukan cairan (sekret)

Auskultasi
-        Suara nafas
-        Pada obstruksi jalan napas seperti penyakit paru obstruksi menahun (PPOM) atau atelektasis, intensitas bunyi napas menurun. Pada penebalan pleural, efusi pleural, pneumotoraks, dan kegemukan ada substansi abnormal Jaringan fibrosa, cairan, udara, atau lemak) antara stetoskop dan paru di bawahnya; substansi ini menyekat bunyi napas dari stetoskop, membuat bunyi napas menjadi tidak nyaring.
-        Suara tambahan nafas
-        Bunyi napas bronkial, selain terdengar pada trakea orang normal, juga terdengar pada beberapa situasi dimana ada konsolidasi-contohnya pneumonia. Bunyi napas bronkial juga terdengar di atas efusi pleural dimana paru normal tertekan. Bunyi crackles terjadi pada pneumonia, gagal jantung kongestif, dan fibrosis pulmonalis. Baik crackles inspirasi maupun ekspirasi dapat terauskultasi pada bronkiektaksis. Bunyi ekstra seperti mengi berarti adanya penyempitan jalan napas. Ini dapat disebabkan oleh asma, benda asing, mukus di jalan napas, stenosis, dan lain-lain.
-        Tekanan darah
-        Denyut jantung

2.9              Pemeriksaan Diagnostik
1.      Sinar x (PA dan lateral), tomografi dada: menggambarkan bentuk, ukuran, dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effusi pleural, atelektasis, erosi tulang rusuk atau vertebra.
2.      Pemeriksaan sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe): dilakukan untuk mengkaji adanya/tahap karsinoma.
3.      Bronkosopi serat-optik: memungkinkan visualisasi, pencucian bagian, dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat terlihat)
4.      Biopsi: dapat dilakukan pada nodus skalen, nodus limfe hilus, atau pleura untuk membuat diagnosa.
5.      Mediastinoskopi: digunakan untuk penahapan karsinoma.
6.      Skan radioisotop: dapat dilakukan pada paru, hati, otak, tulang, dan organ lain untuk bukti metastasis.
7.      Pemeriksaan fungsi paru dan GDA: dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi pascaoperasi.
8.      Tes kulit, jumlah absolut limfosit: dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
9.      Skan tulang; CT skan otak, hati; skan gallium hati, limpa, tulang: untuk deteksi metastasis.
(Barbara, Engram, hal.7, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah)

2.10          Penatalaksanaan
PENATALAKSANAAN MEDIK
a)      Manajemen Tanpa Pembedahan
1.      Terapi oksigen
Jika terjadi hipoksemia, perawat dapat memberikan oksigen via masker atau nasal canula sesuai dengan permintaan. Bahkan jika pasien tidak terlalu jelas hipoksemianya, dokter dapat memberikan oksigen sesuai yang dibutuhkan untuk memperbaiki dispnea dan rasa cemasnya.

2.      Terapi Obat
Jika pasien mengalami bronkospasme, dokter dapat memberikan obat golongan bonkodilator (seperti pada pasien asma) dan kortikosteroid untuk mengurangi bonkospasme, inflamasi, dan edema.

3.      Kemoterapi
Merupakan pilihan pengobatan pada pasien dengan kanker paru-paru, terutama pada small-cell lung cancer karena metastasis. Kemoterapi dapat juga digunakan bersamaan dengan terapi surgical (pembedahan). Agen kemoterapi yang biasanya diberikan untuk menangani kanker, termasuk kombinasi dari:
-        Cyclophosphamide, deoxorubicin, methotrexate, dan procarbazine
-        Etoposide dan cisplatin
-        Mitomycin, vinblastine, dan cisplatin

4.      Imunoterapi
Banyak pasien dengan kanker paru-paru mengalami gangguan imun. Agen imunoterapi (cytokin) biasa digunakan.

5.      Terapi radiasi
Indikasi:
·         Pasien dengan tumor paru-paru yang operable, tetapi berisiko jika dilakukan operasi pembedahan
·         Pasien dengan kanker adenokarsinoma atau sel skuamosa inoperable dimana terdapat pembesaran kelenjar getah bening pada hilus ipsilateral dan mediatinal
·         Pasien kanker bronkus dengan sel kecil/oat cell
·         Pasien kambuhan sesudah lobektomi atau pneumonektomi
Dosis umum 5000-6000 rad dalam jangka waktu 5-6 minggu. Pengobatan dilakukan dalam lima kali seminggu dengan dosis 180-200 rad/hari.
Komplikasi:
·         Esofagitis, hilang satu minggu sampai dengan sepuluh hari sesudah pengobatan.
·         Pneumonitis: pada rontgen terlihat bayangan eksudat di daerah penyinaran.

6.      Torasentesis dan Pleurodesis
-        Efusi pleura dapat menjadi masalah bagi pasien dengan kanker paru-paru.
-        Efusi timbul akibat adanya tumor pada pleura visceralis dan parietalis dan obstruksi kelenjar limfe mediastinal.
-        Tujuan akhir: mengeluarkan dan mencegah akumulasi cairan.

a)      Manajemen Bedah
1.      Dikerjakan pada tumor stadium I serta stadium II jenis karsinoma, adenokarsinoma, dan karsinoma sel besar tidak dapat dibedakan (undifferentiated)
2.      Dilakukan khusus pada stadium III secara individual yang mencakup tiga kriteria:
a.       Karakteristik biologis tumor
-        Hasil baik: tumor dari sel skuamosa dan epidermoid
-        Hasil cukup baik: adenokarsinoma dan karsinoma sel besar tak terdiferensiasi
-        Hasil buruk: oat cell
b.      Letak tumor dan pembagian stadium klinik untuk menentukan letak pembedahan terbaik
c.       Keadaan fungsional penderita

PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1.      Bantu pasien untuk mencari posisi yang paling sedikit nyerinya
2.      Dalam tindakan psikologis kurangi ansietas dengan memberikan informasi yang sering, sederhana, jelas tentang apa yang sedang dilakukan untuk mengatasi kondisi dan apa makna respons terhadap pengobatan.
(At a Glance, Medicine, Patrisk Davey, hal. 203)

2.11          Komplikasi
-        Reseksi bedah dapat mengakibatkan gagal nafas, terutama ketika system jantung paru terganggu sebelum pembedahan dilakukan.
-        Terapi radiasi dapat mengakibatkan penurunan fungsi jantung paru.
-        Fibrosis paru, perikarditis, mielitis, dan kor pulmonal
-        Esofagitis hilang 1 minggu sampai dengan 10 hari sesudah pengobatan
-        Pneumonitis pada rontgen terlihat bayangan eksudat di daerah penyinaran.









B.     KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
       I.            Pengkajian
Data  yang  perlu  dikumpulkan  dari  klien  meliputi  :
1.      Identitas  klien
Merupakan  biodata  klien  yang  meliputi  :  nama,  umur,  jenis  kelamin,  agama,  suku  bangsa / ras,  pendidikan,  bahasa  yang  dipakai,  pekerjaan,  penghasilan  dan  alamat. 

2.      Riwayat  penyakit  sekarang
Keluhan  utama
-        Keluhan  yang  biasa  muncul  pada  klien  Kanker paru – paru biasanya batuk terus menerus, dahak berdarah, sesak nafas dan pendek – pendek, sakit kepala.

3.      Riwayat  kesehatan terdahulu
Kemungkinan yang muncul pada riwayat kesehatan terdahulu pada pasien dengan Ca Paru antara lain, perokok berat, lingkungan tempat tinggal di daerah yang tercemar polusi udara, pernah menglami bronchitis kronik, pernah terpajan bahan kimia seperti asbestos.

4.      Riwayat  penyakit  keluarga
Di keluarga pasien ada yang pernah mengidap penyakit kanker paru – paru.

5.      Riwayat  psikososial
Kaji  adanya emosi  kecemasan, pandangan klien terhadap dirinya, serta interaksi social yang mungkin terhambat akibat gejala penyakit seperti batuk yang berkepanjangan.

Pola – pola  fungsi  kesehatan    
1.      Pola  persepsi  dan  tata  laksana  hidup  sehat. Kaji persepsi pasien terhadap penyakit yang diderita serta personal higiene yang diterapkan.

2.      Pola  nutrisi   dan  metabolisme
Pasien biasanya mengalami penurunan nafsu makan akibat dari perasaan mual dan ingin muntah serta kesulitan dalam menelan akibat frekuensi batuk yang sering.

3.      Pola  eliminasi
Pada pasien dengan Ca Paru biasanya pola eliminasi urine meningkat akibat perubahan hormonal.

4.      Pola  aktivitas  dan  latihan
Adanya  keterbatasan  aktivitas  karena  kondisi  klien  yang  lemah  akibat rasa nyeri pada dada yang dirasakan pasien.

5.      Pola  tidur  dan  istirahat
Kualitas dan kuantitas istirahat pasien dengan Ca paru akan berkurang akibat rasa  nyeri  dan  perubahan  situasi  karena  hospitalisasi dapat  mempengaruhi  pola  tidur  dan  istirahat.  Selain itu, batuk yang terus menerus juga dapat mengganggu pola tidur pasien.

6.      Pola  kognitif  perceptual
Sistem Penglihatan, Pendengaran, Pengecap, peraba dan Penghidung tidak  mengalami  gangguan.

7.      Pola  persepsi  dan  konsep  diri 
Klien  dapat  mengalami  cemas  karena  ketidaktahuan serta kurang informasi tentang penyakitnya.

8.      Pola  hubungan  dan  peran 
Karena  klien  harus  menjalani  perawatan  di  rumah  sakit  maka  dapat  mempengaruhi  hubungan  dan  peran  klien  baik  dalam  keluarga,  tempat  kerja  dan  masyarakat.

9.      Pola  reproduksi  seksual
Pada pasien dengan Ca paru biasanya terjadi amenorea dan impoten akibat perubahan hormonal.

10.  Pola  penanggulangan  stress
Stress  dapat  dialami  klien  karena  kurang  pengetahuan  dan informasi tentang penyakitnya. Kaji juga mekanisme  koping  klien  terhadap  stres  tersebut.

11.  Pola  tata  nilai  dan  kepercayaan
Pada pasien Ca Paru biasanya tidak mengalami gangguan dalam menjalankan ibadahnya.

Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
-        Pola, frekuensi, kedalaman,jenis nafas, durasi inspirasi ekspirasi.
-        Kesimetrisan dada,
-        Retraksi otot-otot dada,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar